Rabu, 12 Januari 2022

PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS KUNING PADA TANAMAN CABE

                 Cabe merah (Capsicum annuum) termasuk Famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar yang menarik. Buah cabe selain dapat dikonsumsi segar untuk campuran bumbu masak juga dapat diawetkan misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabe dan buah kering. Data produksi cabe merah di Kabupaten Solok Tahun 2014, menurut Database Dinas Pertanian Kabupaten Solok, mencapai 19.836,4 ton dengan produktivitas rata-rata 10,52 ton/ha. Luas tanam yang diusahakan mencapai 1.652 ha, dengan luas panen 1.886 ha. Seluruh kecamatan di Kabupaten Solok mengusahakan tanaman cabe tersebut, dominannya ada di wilayah Kecamatan Lembah Gumanti (600 Ha), Kecamatan Danau Kembar (423 Ha) dan Kecamatan Gunung Talang (130 Ha). Penyakit virus kuning pada cabai telah mengakibatkan kerugian di berbagai sentra produksi cabai di Indonesia, termasuk di Kabupaten Solok Sumatera Barat. Epidemi penyakit ini telah menyebabkan kerugian bagi petani hingga mencapai milyaran rupiah. Virus ini mempunyai kisaran inang yang luas dan mampu menginfeksi beberapa jenis tanaman, diantaranya tomat dan gulma wedusan/babadotan (Ageratum conyzoides). 

                   Tujuan Secara umum tujuan dari upaya pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabe yaitu sebagai berikut:

1. Meminimalkan kehilangan hasil tanaman cabe merah
2. Meningkatkan produktifitas tanaman cabe. 
 Penyakit Virus Kuning (Gemini Virus) Penyakit virus kuning disebabkan oleh Gemini Virus TYLCV (Tomatto Yellow Leaf Curf Virus).

 Penularannya dilakukan melalui serangga vektor yaitu Kutu Kebul (Bemisia tabaci).

 a. Gejala serangan Helai daun mengalami vein clearing (daun menguning) dimulai dari daun pucuk berkembang menjadi warna kuning jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang kemudian tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah. Selain tanaman cabe virus ini juga mampu menyerang tanaman tomat, buncis, gula bit, babadotan, atau tanaman pertanian yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–22 nm. Virus gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus dapat ditularkan melalui penyambungan dan melalui vektor Bemisia tabaci (Kutu Kebul). Perkiraan perkembangan penyakit dilapangan dapat diikuti melalui banyaknya atau penyebaran sumber inokulum (tanaman inang yang terinfeksi), keadaan populasi vektor dan stadia serangga vektor kutu kebul yang ada. 

 b. Pengendalian 

 • Penanaman varietas tahan seperti hotchilli atau menggunakan bibit tanaman yang sehat (bukan berasal dari daerah terserang);
 • Pemupukan tambahan untuk meningkatkan daya tahan tanaman sehingga tanaman tetap berproduksi walaupun terserang virus kuning, termasuk pemberian pupuk kandang/kompos minimal sebanyak 20 ton/ha; 
 • Melakukan kultur teknik yang meliputi: perendaman benih dengan larutan PGPR 20 ml/liter air selama 6-12 jam, penggunaan mulsa plastik (untuk menekan gulma inang, populasi vektor, menunda perkembangan virus), pengerondongan persemaian dengan kain kasa/nilon; 
 • Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan. Kutu Kebul (Bemisia tabaci) Hama kutu kebul, Bemisia tabaci merupakan hama penting pada tanaman cabe. Hama ini pertama kali ditemukan di Indonesia padatahun 1938 pada tanaman tembakau. 

Permasalahan hama Bemisia tabaci tidak terbatas hanya di Indonesia, karena hama ini juga menyerang berbagai tanaman di berbagai negara seperti Australia, India, Sudan, Iran, EL Savador, Mexico, Brazil, Turki, Israel, Thailand, Arizona,California (Horowitz 1986), Jepang (Ohto 1990) dan USA (Perring et al.1993). Selain dapat merusak secara langsung, Bemisia tabaci juga merupakan vektor penyakit virus seperti virus kuning. Di sentra produksi sayuran di Sumut, Sumbar, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jatim dan NTB, kerusakan karena serangan penyakit virus kuning sangat berat dengan kerugian ekonomi yang tinggisekitar 20 – 100 %. Telur Bemisia tabaci berbentuk lonjong, agak lengkung seperti pisang, panjangnya kira-kira antara 0,2 – 0,3 mm dan diletakkan di permukaan bawah daun. Fase telur 7 hari. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke – 1 berbentuk bulat telur dan pipih, bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Pupa berbentuk oval, agak pipih, berwarna hijau ke putih-putihan sampai kekuning-kuningan. Pupa terdapat pada permukaan bawah daun. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada bagian permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar antara 1–1,5 mm. Siklus hidupnya berkisar antara 7–21 hari. Serangga dewasa biasanya berkelompok dalam jumlah yang banyak. Bila tanaman tersentuh, serangga tersebut akan beterbangan seperti kabut atau kebul putih 

 Bemisia tabaci adalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar. Tanaman yang menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae Brassicacea, Convolvulaceae, Cucurbitacea, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Solanaceae, dll.). 

Tanaman inang utamanya antara lain Adalah Gossypium, Lycopersicon esculentum, Gerbera jamesonii, Capsicum annuum, Nicotiana tabacum, Ipomoea batatas, Manihotesculenta, Euphorbia pulcherrima, Sinningia speciosa, Lactuca sativa, Cucumis sativus, Abelmoschus esculentus, Phaseolus vulgaris, Solanummelongena, Brassica sp., Glycine max, Piper nigrum, Solanumtuberosum, Hibiscus, dan Ageratum. 

 Gejala serangan ditandai adanya becak nekrotik pada daun, yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Dalam keadaan populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Embun madu yang dikeluarkan dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam. 

 b. Pengendalian 

 • Mengendalikan serangga vektor virus kuning yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci) dengan menggunakan musuh alami predator seperti Menochilus sexmaculatus (mampu memangsa larva Bemisia tabaci sebanyak 200 – 400 larva/hari), Coccinella septempunctata, Scymus syriacus, Chrysoperla carnea, Scrangium parcesetosum, Orius albidipennis, dll atau jamur patogen serangga seperti Beauveria bassiana atau Verticillium lecani serta parasit nimfa Encancia Formosa; Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci adalah Encarcia adrianae (15 spesies), E. Tricolor, Eretmocerus corni (4 spesies), sedangkan jenis 7 patogen yang menyerang B. Tabaci, antara lain Bacillus thuringiensis, Paecilomyces farinorus dan Eretmocerus; 

 • Melakukan sanitasi lingkungan dan mengendalikan gulma berdaun lebar terutama tanaman inang seperti babadotan, ciplukan, terong, gulma bunga kancing; 

• Penanaman tanaman pembatas seperti tagetes atau tanaman jagung dengan jumlah baris mencapai 6 tanaman dengan jarak tanam yang rapat (15-20 cm) dilakukan penanaman 2-3 minggu sebelum cabe ditanam; 

• Merotasi tanaman dengan tanaman bukan inang virus terutama bukan dari family Solanaceae seperti tomat, kentang, tembakau dan family Cucurbitaceae seperti mentimun; 

• Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan dengan pengendalian secara fisik/mekanik dan penggunaan insektisida secara selektif. Dengan cara tersebut populasi hama dapat ditekan dan kerusakan yang ditimbulkannya dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat; 

• Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif terakhir antara lain Permethrin, Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin, Buprofezin, Endosulphan dan asefat.

Selasa, 21 April 2020

Fungsi Unsur Hara Mikro Bagi Tanaman


Seperti sudah diketahui bahwa tanaman memerlukan nutrisi yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tumbuhan memerlukan 2 (dua) jenis unsur hara untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Dua jenis unsur hara tersebut disebut unsur hara makro dan unsur hara mikro. Sedangkan Stevens, et. Al (2002) dalam Sudarma, I Made (2013) membagi 3 kategori unsur hara, yakni unsur hara makro (primary macronutrient)hara makro sekunder (secondary macronutrient), dan hara mikro (micro nutrient). Pasokan hara tersebut pada tanaman haruslah seimbang jika menginginkan tanaman tumbuh optimal.
Unsur mikro (micro nutrient) adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit dibandingkan unsure hara primer. Yang termasuk unsur hara mikro adalah boron (B)besi (Fe)tembaga (Cu)mangan (Mn)seng (Zn)molibdenum (Mo), dan klor (Cl). Jika unsur hara makro dinyatakan dalam satuan persen (%; g/100g), unsur hara mikro dinyatakan dalam satuan ppm (mg/kg).

Fungsi Unsur Hara Mikro pada Tanaman

Fungsi secara sederhana dari beberapa unsur hara mikro pada tanaman adalah sebagai berikut:
1.      Boron (B)
Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan , pembelahan dan diferensiasi , dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA , bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium. Cirinya mirip daun variegeta.
2.      Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil , dan berperan dalam funsi reproduksi.

3.      Seng atau Zinc (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg , sengat berperan dalam aktivator enzim , pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi pada media yang sudah lama digunakan.
4.      Besi atau Ferro (Fe)
Besi berperan dalam proses pembentukan protein , sebagai katalisator pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu , maka Fe sering dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek Fe-EDTA.
5.      Molibdenum (Mo)
Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.
6.      Mangan (Mn)
Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil

7.      Klor (Cl)
Fungsi klor dalam tanaman adalah pada fungsi fotosintesis. Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis.



Sumber:
Sudarma, I Made. 2013. Penyakit Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). Graha Ilmu. Yogyakarta.
Penulis:  Febrinaldi,A.Md ( Pengatur, Penyuluh Pertanian Pelaksana)
 Pada BPP Kecamatan Danau Kembar

Senin, 20 April 2020

Cara Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh Nabati




Zat Pengatur Tumbuh berbeda dengan pupuk dan Mikro Organisme Lokal (MOL). Didalam dunia pertanian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat diperlukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Setiap tanaman atau tumbuhan sebenarnya memiliki hormon pertumbuhan alami sendiri, namun dengan jumlah yang sedikit. Dalam kondisi tertentu tanaman tidak mampu memproduksi hormon secara maksimal, untuk itu diperlukan zpt atau hormon tambahan.
Terdapat enam golongan ZPT yang terkenal dalam dunia pertanian, yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin, Asam Absisik, Retardan, dan Etilen. Kali ini kita akan membahas 2 dari 6 hormon tersebut, yaitu Auksin dan Giberelin. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, dan pertumbuhan aksis longitudinal tanaman. Dengan kata lain, untuk menumbuhkan akar dan pucuk tanaman dapat menggunakan hormon ini agar lebih cepat tumbuh. Selain itu, hormon giberelin berfungsi sebagai pengontrol pertumbuhan pada seluruh bagian tanaman, termasuk juga merangsang proses perkecambahan. Sebagian besar giberelin berpengaruh terhadap pertumbuhan batang tanaman. Yuk cek tabel kandungan hormon dimasing-masing bahan alami yang ada disekitar kita.

HORMON GIBERELIN
HORMON AUKSIN
Jagung Muda
Urin Sapi, Kambing, dan Kelinci
Bawang Merah
Ekstrak Tauge
Eceng Gondok
Air Kelapa
Rebung Bambu
Bawang Merah
Ektrak Tomat
Ekstrak Tomat

Berikut penulis sajikan bagaimana cara sederhana membuat ZPT alami:
Alat:
·         Blender
·         Jerigen/ Tong
·         Plastik
·         Karet Pengikat
Bahan
·         Rebung: 200 gram
·         Taoge : 100 gram
·         Daun-daunan
·         Gula merah: 100 gram
·         EM4 : 50 ml
·         Air Kelapa

Cara membuat ZPT alami
1.      Rebung, taoge, dan daun-daunan dicincang kemudian diblender hingga halus
2.      Gula merah dicairkan dengan air secukupnya
3.      Semua bahan dimasukkan kedalam jerigen, masukkan air kelapa + EM4 aduk hingga rata
4.      Tutup hingga rapat dengan menggunakan plastik yang diikat karet
5.      Plastik agak dikendorkan agar tutup tidak pecar saat proses ferementasi berlangsung
6.      Setiap pagi selama 7 hari tutup dibuka dan bahan diaduk, kemudian ditutup kembali
7.      Setelah 7 hari, saring larutan tersebut untuk memisahkan cairan ZPT dan ampas
Cara Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh adalah:
1.      Gunakan 3 sendok makan ZPT untuk 1 liter air
2.      Semprotkan ZPT ke akar, batang, atau daun pucuknya.
3.      Tuangkan sedikit pada wadah untuk merendam benih yang ingin dibuat cepat berkecambah
4.      Oleskan pada titik tumbuh akar stek

Sumber : di olah dari beberapa sumber
Sumber : Penulis: Febrinaldi,A.Md ( Pengatur, Penyuluh Pertanian Pelaksana)
Pada BPP Kecamatan Danau Kembar

DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KIMIA & PESTISIDA PADA LINGKUNGAN







1.Tanah Mengeras
Tidak banyak yang tau kalau tanah adalah bagian pertama yang akan diserang saat pemberian unsur hara zat kimia pada tanaman dilakukan. Padahal tanah adalah mediator terbaik untuk menyerap berbagai unsur makro dan mikro yang terdapat pada area sekitarnya.
2. Peningkatan Organisme Pengganggu Tanaman
Sebenarnya, tidak semua mikroorganisme dalam tanah bersifat merusak tumbuhan. Ada beberapa dari mereka malah dibutuhkan untuk memangsa (predator) berbagai mikroorganisme yang sifatnya merusak tumbuhan. Namun karena peggunaan pupuk seperti pestisida sulit untuk dikontrol, maka spesies mikroorganisme yang bermanfaat bagi tumbuhan menjadi mati. Punahnya spesies mikroorganisme tersebut mengakibatkan populasi hama pengganggu tumbuhan yang ada semakin meningkat karena tidak ada lagi pemangsanya.
3. Resistensi Hama Tanaman
Tujuan utama pemakaian formulasi kimia ini secara umum adalah untuk memusnahkan hama tanaman. Namun kenyataannya menjadi terbalik. Alih-alih mati, hama yang sempat mengalami penurunan jumlah tersebut istilahnya seolah dapat membaca kandungan pestisida sehingga dalam waktu ke depan akan mengalami kekebalan (resistensi) bahkan lebih kuat dari yang sebelumnya. Kekebalan ini menyebabkan pohon yang diserangpun menjadi cepat tumbang.


4. Menjadi Bahan Alami Residu
Anda dapat menjumpai residu pupuk kimia ini di mana-mana, mulai dari tanah, sungai, sumur, udara, air minum, bahkan pada sayur dan buah yang biasa kita makan. Kabar buruknya lagi adalah residu berbahan kimia ini dapat bertahan sampai puluhan tahun karena sulit diuraikan.
5. Punahnya Mikroorganisme Alami Pembasmi Hama
Di sini, imunitas musuh alami dari beberapa hama dan penyakit tanaman mulai menurun kadarnya. Penurunan kekuatan ini berdampak sampai mengalami kelumpuhan. Setelah benar-benar lumpuh, hama dan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme perusak tanah dan pohon semakin berkembang pesat.
6. Terancam Putusnya Mata Rantai Makanan
Situasi ini menggambarkan sirkulasi rantai makanan yang terputus akibat spesies tertentu mengalami kepunahan. Sama halnya seperti akibat dari residu pestisida yang membuat pemangsa tikus-tikus tanaman juga terinfeksi, maka populasi tikus meningkat. Peningkatan beberapa spesies tertentu ini pula yang akan mengantarkan skema mata rantai yang dibentuk alam menjadi terputus karena adanya perubahan pola interaksi berbagai jenis spesies yang berhubungan.
7. Kepunahan Beberapa Satwa Hidup
Keberadaan beberapa spesies tidak memiliki sistem kekebalan yang sama. Beberapa hewan dapat bertahan. Sementara yang lain tidak, karena ikut mengalami pencemaran oleh pupuk seperti pestisida lewat residunya melalui air dan udara.

Keterangan diatas menunjukkan bahwa ternyata pemakaian pupuk kimia dan pestisida membawa dampak sangat parah untuk lingkungan.
Sumber : Di olah dari beberapa sumber
Sumber : Penulis: Febrinaldi,A.Md ( Pengatur, Penyuluh Pertanian Pelaksana)
Pada BPP Kecamatan Danau Kembar

Selasa, 31 Mei 2016

Sejarah Asal usul Nagari Simpang Tj Nan IV





Asal nama dan kependudukan Nagari Simpang Tj Nan IV menurut cerita yang diwariskan secara turun temurun yang tidak dapat diketahui tahun kejadiannya, menurut warih nan bajawek, pusako nan batarimo, dari mamak ka kamanakan, sako nan disakoi, pusako dipusakoi, sejarah yang dipedomani, yaitu pada masa dahulunya dimasa ninik moyang di nagari Batu Banyak mufakat empat keluarga dari suku melayu keempatnya bermaksud hendak mengembangkan ekonomi, akan mencari  hutan nan lembang, mencari tanah yang baik untuk tempat pemukiman dan tempat malaco.
Setelah mendapat kata mufakat berangkatlah empat keluarga tersebut dari Batu Banyak menuju arah selatan, dek lamo lambek dijalan maka sampailah mereka di bukit Siambai-ambai yang lazim di sebut bukit Cambai, dari sini tampaklah dua buah danau yakni Danau Diatas dan Danau Dibawah, setelah diperhatikan maka sepakatlah keempat keluarga itu untuk menuju ke Danau Diatas sehingga  sampailah mereka di Garinggiang. Maka di jalani dan diperiksalah Danau Diatas dimaksud, setelah beberapa hari mengelilingi Danau Diatas maka sampailah mereka kembali ketempat semula yaitu di Garinggiang, maka bermusyawarahlah keempat keluarga itu untuk membagi dan menentukan ulayat  masing-masing, dari kesepakaatan bersama maka didirikanlah empat orang rajo  atau pemimpin serta ulayat bagi masing-masing rajo, yaitu :
1.      RAJO MUDO di Pulau Sigaduduak
2.      RAJO DIACEH di Tanjuang Gadang
3.      RAJO NAN PUTIE di Tanjuang Lalang
4.      RAJO BILANG di Batu Bamo

Inilah yang disebut orang yang barampek atau RAJO NAN BARAMPEK konon dari sini pulalah asal nama nagari Tanjuang Nan Ampek dan orang yang brempat ini pulalah yang mempunyai ulayat di Nagari Tanjuang Nan Ampek baik di danau maupun didarat, karena orang yang berempat inilah yang pertama sekali menginjakkan kaki di Tanjuang Nan Ampek, mereka yang berusaha mancancang malatieh,

manabak manaruko di ulayat masing-masing. Bagi Rajo Nan Barampek orang yang pertama  sekali dibawa ke Tanjuang Nan Appek lebih diutamakan anak pisang jo induak bako kemudian baru suku-suku yang lainnya, sehingga menjadi sebuah nagari yaitu TANJUANG NAN AMPEK yang dipusatkan di Taluak Anjalai. Dan dibangun balai adat dan satu buah masjid di Taluak Anjalai.
Untuk kesempurnaan nagari serta undang undang nagari maka  diadakanlah musyawarah nagari pada tahun  1901 di Pulau  Sigaduduak tepatnya di Anau Rapek, musyawarah pada saat itu belum mendapatkan keputusan. Pada tahun 1908 musyawarah yang Kedua diadakan kembali bertempat di Batu Ampa Pulau Sigaduduak namun juga belum mendapat  keputusan.
 Setelah ada jalan yang menghubungkan Padang-Muara Labuh, Solok–Alahan Panjang maka  fasilitas nagari mulai dibangun seperti : pasar, balai adat, sekolah dan sebagainya dipusatkan di persimpangan. Pada tahun 1914 kembali diadakan musyawarah yang Ketiga bertempat di Gaduang Sirocok Pulau Sigaduduak yang dihadiri oleh niniak mamak dari Batu Banyak beseta Kepala Nagari Batu Banyak, niniak mamak dari Solok jo Selayo, Kinari jo Parambahan dan Lareh Koto Nan Anam serta Demang dari Alahan Panjang, maka musyawarah besar pada waktu inilah yang mendapat keputusan, lah mandapek kato mufakat, lah bulek aie kapambuluah, maka dipotonglah kerbau di Gaduang Sirocok Pulau Sigaduduak dan di adakan kenduri selama tiga hari tiga malam dan pada waktu itu dikukuhkanlah pengulu  dilengkapi dengan gelar Datuak dan niniak  mamak  ampek jinih di Tanjuang Nan Ampek, yaitu :
I.                   RAJO NAN BARAMPEK statusnya adalah Pengulu Ulayat mereka adalah :
1.              DATUAK RAJO MUDO adalah Pengulu Ulayat Pulau Sigaduduak
2.              DATUAK RAJO DIACEH adalah Pengulu Ulayat Tanjuang Gadang
3.              DATUAK RAJO NAN PUTIEH adaalah Pengulu Ulayat Tanjuang Lalang
4.              DATUAK RAJO BILANG adalah Pengulu Ulayat Batu Bamo
II.                PENGULU  NAN BATIGO stausnya adalah Pengulu Andiko mereka adalah :
1.                              DATUAK BAGINDO MUDO
2.                              DATUAK RAJO INTAN/DATUAK MANDARO JAMBAK
3.                              DATUAK MALINTANG SATI

Pada tahun 1918 nagari Tanjuang Nan Ampek diberi nama Simpang Tanjuang Nan Ampek, nagari pada masa itu masih dibawah tekanan penjajahan, hingga sampai tanggal 17 Agustus 1945 berkat rahmat Allah SWT Indonesia dapat memproklamirkan Kemerdekaan, Memasuki masa-masa sulit  pada awal Kemerdekaan Indonesia  masyarakatnagari Simpang Tanjuang Nan Ampek sebagaimana daerah lain

di Republik ini masih tetap mengalami keprihatinan melawan pemberontakan-pemberontakan di daerah sampai kepada  Era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama.
Memasuki Era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa/Kelurahan, yang aplikasinya tahun 1982 Sistem Pemerintahan Nagari secara Nasional berubah menjadi Sistem Pemerintahan Desa/Kelurahan. Pada Tahun 1979-1990 Sistem Pemerintahan Nagari Simpang Tanjuang Nan Ampek berubah menjadi Sistem Pemerintahan Desa yang terdiri dari 8 (delapan ) Desa, yaitu:
1.      Desa Kapalo Danau Dibawah
2.      Desa Pasar Simpang
3.      Desa Kapalo Danau Diateh
4.      Desa Lurah Ingu
5.      Desa Aka Gadang
6.      Desa Gurun Data
7.      Desa Taluak Kinari
8.      Desa Taluak Anjalai

Pada Tahun 1996-1999 terjadi penyatuan Desa, di Kenagarian Simpang Tanjuang Nan Ampek menjadi 4 (Empat) Desa, yaitu :
1.      Desa Kepala Danau Dibawah
2.      Desa Wisata
3.      Desa Sungai Sirah
4.      Desa Paubungan
Setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dalam paradigma baru maka pelaksaan otonomi daerah yang dicirikan denga azas desentralisasi, memposisikan pemerintah daerah menjadi penanggungjawab utama atas kebijakan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan kewenangan yang diberikan dan tetap berada dalam koridor negara kesatuan  Republik Indonesia.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat  telah menyikapi secara arif Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 denagn melahirkan peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000  yang memberi peluang kepada daerah untuk mengatur pemerintahan terdepan sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Di Provinsi Sumatera Barat ditetapkan sistim Pemerintahan terdepan yaitu Pemerintahan Nagari yang

diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000, sehingga pemerintahan tersebut dinamakan dengan Nagari, dan dalam pelaksanaannya bernuansa filosofi “Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah”.
Komitmen masyarakat untuk “Babaliak ka Nagari” di Kabupaten Solok dipertegas dengan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari, suatu hal penting yang merupakan tujuan kembali kepada Sistem Pemerintahan Nagari  bagaimana perasaan sahino samalu, saciok bak ayam, sadanciang bak basi kembali hidup ditengah-tengah masyarakat  jika persaan tersebut ditopang pula oleh nilai-nilai sosial budaya yang ditaati oleh masyarakat.
Nagari Simpang Tanjung Nan IV secara Yuridis  Formal dibentuk kembali bedasarkan Keputusan Bupati Solok Nomor 104 Tahun 2000 tentang Pengukuhan 55 Nagari di Kabupaten Solok , maka nagari Simpang Tanjung Nan IV dengan suka cita kembali meresmikan nagari Simpang Tanjung Nan IV dengan kembali menyembelih kerbau di Gaduang Sirocok pada tanggal 16 Oktober 2001, sebagai bukti sejarah maka dibangun sebuah prasasti/monumen di Gaduang Sirocok Nagari Simpang Tanjung Nan IV,   Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok yang dibangun oleh Pemerintah Nagari bersama Rajo nan Barampek beserta masyarakat Simpang Tanjung Nan IV
Nagari Simpang Tanjung Nan IV dihuni oleh penduduk heterogen yang terdiri dari 6 (enam) suku,  yaitu Suku Melayu, Suku Bendang, Suku Tanjung, Suku Kutianyie/Jambak, Suku Caniago dan Suku Panai.  


diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000, sehingga pemerintahan tersebut dinamakan dengan Nagari, dan dalam pelaksanaannya bernuansa filosofi “Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah”.
Komitmen masyarakat untuk “Babaliak ka Nagari” di Kabupaten Solok dipertegas dengan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari, suatu hal penting yang merupakan tujuan kembali kepada Sistem Pemerintahan Nagari  bagaimana perasaan sahino samalu, saciok bak ayam, sadanciang bak basi kembali hidup ditengah-tengah masyarakat  jika persaan tersebut ditopang pula oleh nilai-nilai sosial budaya yang ditaati oleh masyarakat.
Nagari Simpang Tanjung Nan IV secara Yuridis  Formal dibentuk kembali bedasarkan Keputusan Bupati Solok Nomor 104 Tahun 2000 tentang Pengukuhan 55 Nagari di Kabupaten Solok , maka nagari Simpang Tanjung Nan IV dengan suka cita kembali meresmikan nagari Simpang Tanjung Nan IV dengan kembali menyembelih kerbau di Gaduang Sirocok pada tanggal 16 Oktober 2001, sebagai bukti sejarah maka dibangun sebuah prasasti/monumen di Gaduang Sirocok Nagari Simpang Tanjung Nan IV,   Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok yang dibangun oleh Pemerintah Nagari bersama Rajo nan Barampek beserta masyarakat Simpang Tanjung Nan IV
Nagari Simpang Tanjung Nan IV dihuni oleh penduduk heterogen yang terdiri dari 6 (enam) suku,  yaitu Suku Melayu, Suku Bendang, Suku Tanjung, Suku Kutianyie/Jambak, Suku Caniago dan Suku Panai.