Selasa, 21 April 2020

Fungsi Unsur Hara Mikro Bagi Tanaman


Seperti sudah diketahui bahwa tanaman memerlukan nutrisi yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tumbuhan memerlukan 2 (dua) jenis unsur hara untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Dua jenis unsur hara tersebut disebut unsur hara makro dan unsur hara mikro. Sedangkan Stevens, et. Al (2002) dalam Sudarma, I Made (2013) membagi 3 kategori unsur hara, yakni unsur hara makro (primary macronutrient)hara makro sekunder (secondary macronutrient), dan hara mikro (micro nutrient). Pasokan hara tersebut pada tanaman haruslah seimbang jika menginginkan tanaman tumbuh optimal.
Unsur mikro (micro nutrient) adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit dibandingkan unsure hara primer. Yang termasuk unsur hara mikro adalah boron (B)besi (Fe)tembaga (Cu)mangan (Mn)seng (Zn)molibdenum (Mo), dan klor (Cl). Jika unsur hara makro dinyatakan dalam satuan persen (%; g/100g), unsur hara mikro dinyatakan dalam satuan ppm (mg/kg).

Fungsi Unsur Hara Mikro pada Tanaman

Fungsi secara sederhana dari beberapa unsur hara mikro pada tanaman adalah sebagai berikut:
1.      Boron (B)
Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan , pembelahan dan diferensiasi , dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis RNA , bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium. Cirinya mirip daun variegeta.
2.      Tembaga (Cu)
Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil , dan berperan dalam funsi reproduksi.

3.      Seng atau Zinc (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg , sengat berperan dalam aktivator enzim , pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi pada media yang sudah lama digunakan.
4.      Besi atau Ferro (Fe)
Besi berperan dalam proses pembentukan protein , sebagai katalisator pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu , maka Fe sering dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid). EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai dengan merek Fe-EDTA.
5.      Molibdenum (Mo)
Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.
6.      Mangan (Mn)
Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama vitamin C
b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil

7.      Klor (Cl)
Fungsi klor dalam tanaman adalah pada fungsi fotosintesis. Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen mineral dan dalam fotosintesis.



Sumber:
Sudarma, I Made. 2013. Penyakit Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). Graha Ilmu. Yogyakarta.
Penulis:  Febrinaldi,A.Md ( Pengatur, Penyuluh Pertanian Pelaksana)
 Pada BPP Kecamatan Danau Kembar

Senin, 20 April 2020

Cara Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh Nabati




Zat Pengatur Tumbuh berbeda dengan pupuk dan Mikro Organisme Lokal (MOL). Didalam dunia pertanian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat diperlukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Setiap tanaman atau tumbuhan sebenarnya memiliki hormon pertumbuhan alami sendiri, namun dengan jumlah yang sedikit. Dalam kondisi tertentu tanaman tidak mampu memproduksi hormon secara maksimal, untuk itu diperlukan zpt atau hormon tambahan.
Terdapat enam golongan ZPT yang terkenal dalam dunia pertanian, yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin, Asam Absisik, Retardan, dan Etilen. Kali ini kita akan membahas 2 dari 6 hormon tersebut, yaitu Auksin dan Giberelin. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, dan pertumbuhan aksis longitudinal tanaman. Dengan kata lain, untuk menumbuhkan akar dan pucuk tanaman dapat menggunakan hormon ini agar lebih cepat tumbuh. Selain itu, hormon giberelin berfungsi sebagai pengontrol pertumbuhan pada seluruh bagian tanaman, termasuk juga merangsang proses perkecambahan. Sebagian besar giberelin berpengaruh terhadap pertumbuhan batang tanaman. Yuk cek tabel kandungan hormon dimasing-masing bahan alami yang ada disekitar kita.

HORMON GIBERELIN
HORMON AUKSIN
Jagung Muda
Urin Sapi, Kambing, dan Kelinci
Bawang Merah
Ekstrak Tauge
Eceng Gondok
Air Kelapa
Rebung Bambu
Bawang Merah
Ektrak Tomat
Ekstrak Tomat

Berikut penulis sajikan bagaimana cara sederhana membuat ZPT alami:
Alat:
·         Blender
·         Jerigen/ Tong
·         Plastik
·         Karet Pengikat
Bahan
·         Rebung: 200 gram
·         Taoge : 100 gram
·         Daun-daunan
·         Gula merah: 100 gram
·         EM4 : 50 ml
·         Air Kelapa

Cara membuat ZPT alami
1.      Rebung, taoge, dan daun-daunan dicincang kemudian diblender hingga halus
2.      Gula merah dicairkan dengan air secukupnya
3.      Semua bahan dimasukkan kedalam jerigen, masukkan air kelapa + EM4 aduk hingga rata
4.      Tutup hingga rapat dengan menggunakan plastik yang diikat karet
5.      Plastik agak dikendorkan agar tutup tidak pecar saat proses ferementasi berlangsung
6.      Setiap pagi selama 7 hari tutup dibuka dan bahan diaduk, kemudian ditutup kembali
7.      Setelah 7 hari, saring larutan tersebut untuk memisahkan cairan ZPT dan ampas
Cara Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh adalah:
1.      Gunakan 3 sendok makan ZPT untuk 1 liter air
2.      Semprotkan ZPT ke akar, batang, atau daun pucuknya.
3.      Tuangkan sedikit pada wadah untuk merendam benih yang ingin dibuat cepat berkecambah
4.      Oleskan pada titik tumbuh akar stek

Sumber : di olah dari beberapa sumber
Sumber : Penulis: Febrinaldi,A.Md ( Pengatur, Penyuluh Pertanian Pelaksana)
Pada BPP Kecamatan Danau Kembar

DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KIMIA & PESTISIDA PADA LINGKUNGAN







1.Tanah Mengeras
Tidak banyak yang tau kalau tanah adalah bagian pertama yang akan diserang saat pemberian unsur hara zat kimia pada tanaman dilakukan. Padahal tanah adalah mediator terbaik untuk menyerap berbagai unsur makro dan mikro yang terdapat pada area sekitarnya.
2. Peningkatan Organisme Pengganggu Tanaman
Sebenarnya, tidak semua mikroorganisme dalam tanah bersifat merusak tumbuhan. Ada beberapa dari mereka malah dibutuhkan untuk memangsa (predator) berbagai mikroorganisme yang sifatnya merusak tumbuhan. Namun karena peggunaan pupuk seperti pestisida sulit untuk dikontrol, maka spesies mikroorganisme yang bermanfaat bagi tumbuhan menjadi mati. Punahnya spesies mikroorganisme tersebut mengakibatkan populasi hama pengganggu tumbuhan yang ada semakin meningkat karena tidak ada lagi pemangsanya.
3. Resistensi Hama Tanaman
Tujuan utama pemakaian formulasi kimia ini secara umum adalah untuk memusnahkan hama tanaman. Namun kenyataannya menjadi terbalik. Alih-alih mati, hama yang sempat mengalami penurunan jumlah tersebut istilahnya seolah dapat membaca kandungan pestisida sehingga dalam waktu ke depan akan mengalami kekebalan (resistensi) bahkan lebih kuat dari yang sebelumnya. Kekebalan ini menyebabkan pohon yang diserangpun menjadi cepat tumbang.


4. Menjadi Bahan Alami Residu
Anda dapat menjumpai residu pupuk kimia ini di mana-mana, mulai dari tanah, sungai, sumur, udara, air minum, bahkan pada sayur dan buah yang biasa kita makan. Kabar buruknya lagi adalah residu berbahan kimia ini dapat bertahan sampai puluhan tahun karena sulit diuraikan.
5. Punahnya Mikroorganisme Alami Pembasmi Hama
Di sini, imunitas musuh alami dari beberapa hama dan penyakit tanaman mulai menurun kadarnya. Penurunan kekuatan ini berdampak sampai mengalami kelumpuhan. Setelah benar-benar lumpuh, hama dan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme perusak tanah dan pohon semakin berkembang pesat.
6. Terancam Putusnya Mata Rantai Makanan
Situasi ini menggambarkan sirkulasi rantai makanan yang terputus akibat spesies tertentu mengalami kepunahan. Sama halnya seperti akibat dari residu pestisida yang membuat pemangsa tikus-tikus tanaman juga terinfeksi, maka populasi tikus meningkat. Peningkatan beberapa spesies tertentu ini pula yang akan mengantarkan skema mata rantai yang dibentuk alam menjadi terputus karena adanya perubahan pola interaksi berbagai jenis spesies yang berhubungan.
7. Kepunahan Beberapa Satwa Hidup
Keberadaan beberapa spesies tidak memiliki sistem kekebalan yang sama. Beberapa hewan dapat bertahan. Sementara yang lain tidak, karena ikut mengalami pencemaran oleh pupuk seperti pestisida lewat residunya melalui air dan udara.

Keterangan diatas menunjukkan bahwa ternyata pemakaian pupuk kimia dan pestisida membawa dampak sangat parah untuk lingkungan.
Sumber : Di olah dari beberapa sumber
Sumber : Penulis: Febrinaldi,A.Md ( Pengatur, Penyuluh Pertanian Pelaksana)
Pada BPP Kecamatan Danau Kembar