Tujuan
Secara umum tujuan dari upaya pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabe yaitu sebagai berikut:
1. Meminimalkan kehilangan hasil tanaman cabe merah
2. Meningkatkan produktifitas tanaman cabe.
Penyakit Virus Kuning (Gemini Virus)
Penyakit virus kuning disebabkan oleh Gemini Virus TYLCV (Tomatto Yellow Leaf Curf Virus).
Penularannya dilakukan melalui serangga vektor yaitu Kutu Kebul (Bemisia tabaci).
a. Gejala serangan
Helai daun mengalami vein clearing (daun menguning) dimulai dari daun pucuk berkembang menjadi warna kuning jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang kemudian tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.
Selain tanaman cabe virus ini juga mampu menyerang tanaman tomat, buncis, gula bit, babadotan, atau tanaman pertanian yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–22 nm. Virus gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus dapat ditularkan melalui penyambungan dan melalui vektor Bemisia tabaci (Kutu Kebul). Perkiraan perkembangan penyakit dilapangan dapat diikuti melalui banyaknya atau penyebaran sumber inokulum (tanaman inang yang terinfeksi), keadaan populasi vektor dan stadia serangga vektor kutu kebul yang ada.
b. Pengendalian
• Penanaman varietas tahan seperti hotchilli atau menggunakan bibit tanaman yang sehat (bukan berasal dari daerah terserang);
• Pemupukan tambahan untuk meningkatkan daya tahan tanaman sehingga tanaman tetap berproduksi walaupun terserang virus kuning, termasuk pemberian pupuk kandang/kompos minimal sebanyak 20 ton/ha;
• Melakukan kultur teknik yang meliputi: perendaman benih dengan larutan PGPR 20 ml/liter air selama 6-12 jam, penggunaan mulsa plastik (untuk menekan gulma inang, populasi vektor, menunda perkembangan virus), pengerondongan persemaian dengan kain kasa/nilon;
• Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan.
Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Hama kutu kebul, Bemisia tabaci merupakan hama penting pada tanaman cabe. Hama ini pertama kali ditemukan di Indonesia padatahun 1938 pada tanaman tembakau.
Permasalahan hama Bemisia tabaci tidak terbatas hanya di Indonesia, karena hama ini juga menyerang berbagai tanaman di berbagai negara seperti Australia, India, Sudan, Iran, EL Savador, Mexico, Brazil, Turki, Israel, Thailand, Arizona,California (Horowitz 1986), Jepang (Ohto 1990) dan USA (Perring et al.1993). Selain dapat merusak secara langsung, Bemisia tabaci juga merupakan vektor penyakit virus seperti virus kuning. Di sentra produksi sayuran di Sumut, Sumbar, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jatim dan NTB, kerusakan karena serangan penyakit virus kuning sangat berat dengan kerugian ekonomi yang tinggisekitar 20 – 100 %.
Telur Bemisia tabaci berbentuk lonjong, agak lengkung seperti pisang, panjangnya kira-kira antara 0,2 – 0,3 mm dan diletakkan di permukaan bawah daun. Fase telur 7 hari. Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke – 1 berbentuk bulat telur dan pipih, bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Pupa berbentuk oval, agak pipih, berwarna hijau ke putih-putihan sampai kekuning-kuningan. Pupa terdapat pada permukaan bawah daun. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada bagian permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar antara 1–1,5 mm.
Siklus hidupnya berkisar antara 7–21 hari. Serangga dewasa biasanya berkelompok dalam jumlah yang banyak. Bila tanaman tersentuh, serangga tersebut akan beterbangan seperti kabut atau kebul putih
Bemisia tabaci adalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar. Tanaman yang menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies tanaman (Asteraceae Brassicacea, Convolvulaceae, Cucurbitacea, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Solanaceae, dll.).
Tanaman inang utamanya antara lain Adalah Gossypium, Lycopersicon esculentum, Gerbera jamesonii, Capsicum annuum, Nicotiana tabacum, Ipomoea batatas, Manihotesculenta, Euphorbia pulcherrima, Sinningia speciosa, Lactuca sativa, Cucumis sativus, Abelmoschus esculentus, Phaseolus vulgaris, Solanummelongena, Brassica sp., Glycine max, Piper nigrum, Solanumtuberosum, Hibiscus, dan Ageratum.
Gejala serangan ditandai adanya becak nekrotik pada daun, yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Dalam keadaan populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Embun madu yang dikeluarkan dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam.
b. Pengendalian
• Mengendalikan serangga vektor virus kuning yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci) dengan menggunakan musuh alami predator seperti Menochilus sexmaculatus (mampu memangsa larva Bemisia tabaci sebanyak 200 – 400 larva/hari), Coccinella septempunctata, Scymus syriacus, Chrysoperla carnea, Scrangium parcesetosum, Orius albidipennis, dll atau jamur patogen serangga seperti Beauveria bassiana atau Verticillium lecani serta parasit nimfa Encancia Formosa; Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci adalah Encarcia adrianae (15 spesies), E. Tricolor, Eretmocerus corni (4 spesies), sedangkan jenis 7 patogen yang menyerang B. Tabaci, antara lain Bacillus thuringiensis, Paecilomyces farinorus dan Eretmocerus;
• Melakukan sanitasi lingkungan dan mengendalikan gulma berdaun lebar terutama tanaman inang seperti babadotan, ciplukan, terong, gulma bunga kancing;
• Penanaman tanaman pembatas seperti tagetes atau tanaman jagung dengan jumlah baris mencapai 6 tanaman dengan jarak tanam yang rapat (15-20 cm) dilakukan penanaman 2-3 minggu sebelum cabe ditanam;
• Merotasi tanaman dengan tanaman bukan inang virus terutama bukan dari family Solanaceae seperti tomat, kentang, tembakau dan family Cucurbitaceae seperti mentimun;
• Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan dengan pengendalian secara fisik/mekanik dan penggunaan insektisida secara selektif. Dengan cara tersebut populasi hama dapat ditekan dan kerusakan yang ditimbulkannya dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih cepat;
• Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif terakhir antara lain Permethrin, Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin, Buprofezin, Endosulphan dan asefat.